When Life Gives you Tangerines

April 13, 2025 0 Comments A+ a-

Hidup tidak selalu memberiku jeruk manis. Kadang, ia memberiku tangerine—masam namun segar, kecil tapi menyisakan rasa. Bukan rasa yang menyenangkan, tapi juga bukan yang menyakitkan. Ia datang sebagai pengingat bahwa tidak semua hal yang hadir dalam hidup kita harus indah untuk bisa bermakna.

Pernah ada seseorang yang menjadi tempat pulang, yang memberi rasa nyaman dan aman. Seperti ada bagian dari diriku yang berkata, "Aku bisa bayangkan masa depan bersama dia." Bukan sekadar perasaan sesaat, melainkan keyakinan bahwa kami bisa berjalan beriringan. Namun, ketika perpisahan datang, rasanya bukan sekadar sedih, tapi seperti kehilangan sesuatu yang berharga—sesuatu yang pernah aku anggap sebagai bagian dari diri ini.

Seperti segala sesuatu yang datang dengan indahnya, semesta mengajarkan bahwa tidak semua yang membuat kita merasa utuh akan tetap ada. Dari sana, aku mulai belajar tentang arti menerima. Bukan dengan amarah, bukan pula dengan air mata yang meledak-ledak, tapi dengan diam—perlahan melepaskan. Karena ternyata, tak semua kehilangan harus dirayakan dengan tangisan. Ada kehilangan yang cukup disambut dengan hening—diam, penuh pengertian.

Kenangan itu bagiku, adalah tangerine. Kecil, tapi membekas. Masam, namun justru mengajarkanku bahwa hidup tak selalu manis. Dan itu tidak apa-apa. Aku masih bisa melangkah meski dengan rasa yang tak terduga—rasa yang belum sepenuhnya aku mengerti.

Kadang, hidup memberi kita begitu banyak lapisan yang sulit dipahami, banyak harapan yang tak selalu terwujud. Namun di balik semua itu, aku mulai menyadari: hidup sebenarnya tidak perlu serumit yang kita bayangkan. Mungkin yang kita butuhkan bukanlah lebih banyak keinginan, tapi lebih banyak penerimaan. Dan saat segalanya terasa membingungkan, aku kembali pada satu hal yang paling sederhana—lakukan yang terbaik untuk diriku hari ini, karena itu yang paling bisa aku kontrol.

Jadi, jika hari ini aku terlihat diam, bukan berarti aku menyerah. Aku hanya sedang belajar lagi—untuk peduli seperlunya, berharap sewajarnya, dan menerima apa adanya. Karena dari sini, aku paham... bahwa terkadang, pelajaran terbesar dalam hidup ini adalah belajar menerima dengan hati yang lapang.

When Life Gives you Tangerines

Hidup tidak selalu memberiku jeruk manis. Kadang, ia memberiku tangerine—masam namun segar, kecil tapi menyisakan rasa. Bukan rasa yang meny...