Senin dan Hari-Hari yang Berlalu

June 09, 2022 0 Comments A+ a-

Semoga harimu senin terus...


Seseorang pernah berkata demikian kepadaku. Aku menemukannya di dalam bus kota yang sesak, pada suatu malam di akhir bulan Mei. Waktu itu pukul tujuh lewat empat puluh lima menit—sudah cukup malam bagiku yang jarang keluar rumah kecuali untuk urusan penting.

Hari itu adalah hari Senin yang panjang dan melelahkan. Pekerjaan di kantor menumpuk, sementara satu-satunya tugasku di rumah hanyalah rebahan. Dalam kepalaku, hanya ada satu keinginan: Aku ingin cepat pulang.

Dari halte tempatku menunggu, biasanya hanya butuh waktu sepuluh menit dengan berjalan kaki santai. Lima menit kemudian, bus kota datang. Aku naik dan duduk di bangku yang berhadap-hadapan dengan penumpang lain.

Di tengah perjalanan, pria yang duduk tepat di hadapanku tiba-tiba berdiri. Awalnya, aku mengira dia akan turun. Namun, ternyata ia justru mempersilakan seorang ibu tua yang baru naik untuk duduk di tempatnya.

Aku memperhatikannya—secara terang-terangan.

Anehnya, pria itu malah balik menatapku.

Sepanjang perjalanan, dia beberapa kali mencuri pandang ke arahku. Bukan bermaksud berpikir macam-macam, tapi… apa mungkin dia mengenalku? Atau mungkin aku yang seharusnya mengenalnya?

Entahlah.

Ketika bus berhenti di halte pemberhentianku, pria itu masih memperhatikanku saat aku turun. Rasanya aneh, diperhatikan seperti itu. Tapi, alih-alih merasa risih, aku justru pulang dengan perasaan sedikit heran... dan senyum kecil di bibirku.

Tiba-tiba, hari Senin terasa berbeda. Tidak lagi sekadar hari yang melelahkan dan ingin segera dilewati begitu saja.

When Life Gives you Tangerines

Hidup tidak selalu memberiku jeruk manis. Kadang, ia memberiku tangerine—masam namun segar, kecil tapi menyisakan rasa. Bukan rasa yang meny...