Pertemanan itu Ada Masanya

September 26, 2021 0 Comments A+ a-

Aku tipe orang yang kalau dekat dengan seseorang, nggak setengah-setengah. Aku bisa benar-benar intens, ngobrol setiap hari, saling berbagi cerita, dan merasa punya koneksi yang kuat. Tapi ketika masanya sudah lewat, ya sudah. Bukan karena ada masalah, bukan juga karena nggak peduli, tapi karena hidup terus berjalan.

Dulu, banyak teman di sekolah yang rasanya begitu dekat, tapi setelah lulus, semua berubah. Masing-masing sibuk dengan kehidupannya, dan aku pun nggak pernah reach out lagi. Mereka juga nggak menghubungi aku lagi. Jadi ya, udahan aja. Bukan karena marah atau kecewa, tapi karena memang begitulah pertemanan—ada masanya.

Aku juga paham kalau isi kepala setiap orang itu semrawut, nggak semua orang punya tenaga untuk terus mempertahankan komunikasi, apalagi kalau kesibukan sudah menyita waktu dan energi. Tapi di sisi lain, kalau seseorang memang gak jelas—nggak membalas dengan energi yang sama—lama-lama kita juga jadi males, kan?

Makanya sekarang aku nothing to lose soal pertemanan. Kalau mau temenan, ya temenan yang bener. Kalau mau ketemu, bilang. Kalau gak mau, juga bilang. Daripada udah effort tapi responnya setengah-setengah, mending gak usah sekalian. Aku lebih suka konsep mirror friendship—kita effort ke orang yang effort, kita luangin waktu ke orang yang juga mau meluangkan waktunya buat kita. Jadi ya, seperlunya aja. Berteman dengan mereka yang memang masih ingin berkomunikasi, daripada capek sendiri memelihara hubungan yang makin terasa satu arah.

Karena pada akhirnya, pertemanan sedekat apapun bisa kadaluarsa. Mau nggak mau, ketika kita semakin dewasa, kita akan menjalani hidup kita masing-masing. Dan itu nggak apa-apa.

When Life Gives you Tangerines

Hidup tidak selalu memberiku jeruk manis. Kadang, ia memberiku tangerine—masam namun segar, kecil tapi menyisakan rasa. Bukan rasa yang meny...