Bergerak, Beristirahat, dan Bersyukur
Katanya, hidup harus seimbang. Kita harus terus bergerak—agar tak tertinggal oleh zaman, agar bisa bertahan di tengah hiruk-pikuk kota yang tak pernah tidur, dan agar tetap dinamis di dunia yang semakin hari terasa semakin tidak adil.
Aku melihat orang-orang begitu ambisius. Mereka berlomba-lomba, bernafsu mengejar sesuatu, ingin menjadi yang tercepat, yang terbaik, yang paling unggul. Tapi di tengah kesibukan itu, mereka sering lupa bersyukur.
Maka berlari menjadi pilihan yang tak terhindarkan. Berlari untuk mengejar mimpi, berlari demi sesuap nasi, berlari agar tak tertinggal oleh bus yang melaju tanpa ampun.
Sampai akhirnya kita lupa sesuatu yang penting—beristirahat.
Diam sejenak, menarik napas panjang, memberi ruang bagi diri sendiri untuk merasa. Menghilangkan penat, mengusir kebosanan, meresapi rindu agar tak hanya menjadi luka, tapi juga candu yang menyenangkan.
Namun dunia tidak selalu sebaik itu. Untuk bertahan, kita sering merasa harus terus bergerak. Tidak boleh berhenti. Tidak boleh terlalu senang. Tidak boleh merasa cukup hanya dengan hal-hal kecil, seperti membaca buku di perjalanan pulang.
"Halte Dukuh Atas."
Ah! Itu halte pemberhentianku. Aku menutup buku, bangkit, dan segera turun dari dalam bus.
Lalu, pikiranku kembali dipenuhi pertanyaan—apakah hidup memang harus selalu seperti ini? Haruskah kita terus bergerak meski sudah kelelahan? Haruskah kita terus berlari, terjebak dalam kompetisi yang seakan tak ada habisnya? Mengapa masa depan terasa begitu mengkhawatirkan?
Aku bahkan lupa untuk bersyukur. Lupa untuk tersenyum pada orang-orang yang kutemui setiap pagi dan sore. Lupa untuk menikmati masa sekarang.
Tapi keesokan harinya, ketika aku bangun tidur, ada sesuatu yang terasa berbeda. Aku merasa lebih ringan. Aku mulai lebih sering tersenyum, lebih ramah, lebih hidup.
Hidup memang keras, seperti batu yang terus ditempa oleh air hingga akhirnya terkikis. Tapi bukan berarti kita harus selalu berlari tanpa henti.
Kita memang harus tetap bergerak, tapi jangan lupa untuk diam sejenak. Untuk menarik napas. Untuk bersyukur.